Monday, January 22, 2007

Lindu, Aku Tidak Rindu

Lindu, atau gempa bumi, aku mengalami lagi setelah lindu tgl 26 Mei 2006. Kalo lindu edisi 26 Mei 2006 pusatnya di Jogja, tapi terasa sampe Kebumen, jam setengah enam itu. Dan lindu edisi terbaru, tanggal 21 Januari 2007 kemarin, aku ada di Manado, mengalami getaran/goncangan, meski tidak sekeras Mei 2006 tapi cukup membuat diri ini tidak bisa tidur nyenyak semalaman.

Apa pasal, sebab lindu kali ini awalnya diberitakan berpotensi Tsunami. Jelas khawatir. Manado kan Kota dekat Pantai. Dan berbondong-bondong orang mencari tempat aman di daerah yang agak tinggi dari kota. Terpilihlah tempat di depan Kantor Gubernur Sulut, di Jalan 17 Agustus 2006. Ternyata memang di situlah banyak orang berkumpul.

Sebenernya pada mulanya aku agak santai. Saat gempa itu aku berada di kantor, sehabis makan malam, aku sempatin shalat isya di kantor, dan sempetin ngecek imel. Tiba-tiba, kursi yang kududuki trasa bergoyang. Kupikir memang kursinya lentur, or ada teman yang datang trus nggoyang kursi, tapi kok jendela ikut bergetar. trus lantai terasa berputar. Whah...gempa ini....

Allahu Akbar....!!!!

Aku keluar Ruang Kantor sambil menyebut asma-Nya. Aku di kantor hanya dengan Satpam yang saat itu mandi. Sang Satpam pun dengan bertelanjang dada keluar dari kamar Mandi menuju Jalan Raya depan kantor. Di sana mobil dan motor berhenti. Orang-orang berkumpul dan menenangkan diri sesaat.

Mas Fendi, Satpam Kantor, pinjam hpku untuk menelpon keluarganya agar menyelamatkan diri, mengungsi ke tempat aman, karena takut Tsunami. Aku pun diajak naik ke Jalan 17 Agustus untuk mengungsi. Tapi aku bilang aku mau ke kos dulu, memberitahu teman2 agar waspada.

Di depan kos cewek, sudah berkumpul beberapa teman. Akhirnya kita ngobrol2 di situ. Kemudian ada Mas Agustinus datang, mungkin rencana cari makan....bareng teman2 yang belum makan.... Dan rencana mau nginep di tempat Senior yang rumahnya di bukit. Aku pun siap-siap ikut, meski aku dah makan. Ambil helm di kos...masih ada teman di sana (Yanar + Arin), "heh, kalian gak siap2?" Aku mengingatkan supaya siap-siap. Apa yg terjadi kemudian kan gak tau, jadi wajar dong kalo mengingatkan.

Aku balik ke depan kos cewek dengan memakai helm, tiba2 banyak orang berombongan naik "oto" (mobil, red) dan motor menuju ke 17 Agustus sambil teriak, "Air Naik....Air Naik...!!!"

Sempet panik. Tapi berusaha tenang, aku cenglu naik motor mas Agustinus bareng Alya (Alloy, red). Dan akhirnya sampailah di depan Kantor Gubernur Sulut. di sana sudah banyak orang.

Satu persatu, teman-teman sampai di sana. Ya, teman-teman kerja. Para Perantau. dengan wajah kecemasannya masing-masing. Saluran telpon sibuk. Tidak bisa nelpon. Sulit maksudnya. Tapi Alhamdulillah aku bisa hub Istri dengan hp teman (hp-ku yg XL mati batere, yang Simpati tak sempat dibawa.).

Tapi kami berusaha rileks, dan setelah beberapa saat kita bener2 rileks, sambil menunggu info berikutnya. Meski ada teman yg nerima sms klo berita potensi Tsunami diralat, tapi kami tetep bertahan dulu di situ menunggu informasi yang pasti. Dan pukul 21 lewat Waktu Indonesia Tengah, Pemkot Manado melalui Mobil Keliling mengumumkan bahwa situasi Kota Manado aman, para pengungsi diharapkan kembali ke rumahnya masing-masing namun harus tetap waspada. Alhamdulillah. Setidaknya kami merasa lebih lega. Meski tetap waspada.
So, kembalilah kami ke tempat kos masing-masing. Tapi ada pula yang menginap di tempat senior yang rumahnya di dataran atas.
Aku gak bisa tidur nyenyak di kos. Tapi akhirnya bisa kupejamkan mata, dan tidak kupedulikan getaran2 susulan pukul 02.00 - 05.00.... lelah....
Lindu, sungguh aku tidak rindu...
Berikut ini beberapa momen pengungsian kami yang sempat diabadikan report-eR- kami......


pengungsi yang mencoba menelpon, lihat latarnya banyak pengungsi juga


wajah-wajah cemas ya? (Andina+Nia)

maidah sempat2nya nampang....

perantau pengungsi (1)

perantau pengungsi (2)

rileks, gempa diajak damai (peace...!!!)

evakuasi plat merah (thanks Mr. Sjarief...!!!)

No comments:

Post a Comment